Sabtu, 12 Mei 2012

FILSAFAT PENDIDIKAN KONSTRUKTIVISME


BAB  I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Dalam sebuah percakapannya dengan Bringuier, Piaget berucap, “Pendidikan, bagi sebagian besar orang, berarti berusaha membimbing anak untuk menyerupai orang dewasa, (sebaliknya) bagi saya, pendidikan berarti menghasilkan pencipta, sekalipun tidak banyak, sekalipun suatu pencipta dibatasi oleh perbandingan dengan pencipta yang lain.” Ungkapan ini ditulisnya dalam “Twelfth Conversation” menjadi salah satu frame corak pemikirannya di jalan konstruktivisme.
Dewasa ini, konstruktivisme merupakan salah satu filsafat pengetahuan yang banyak berpengaruh terhadap perkembangan pendidikan, tak terkecuali kurikulum 2004 (Kurikulum Berbasis Kompetensi) yang segera diterapkan juga berakar pada konsep filsafat ini. Dalam konsep filsafat konstruktivisme, pengetahuan tidak dapat di-transfer begitu saja dari seorang guru kepada murid. Pengetahuan yang didapat murid bukanlah hasil cekokan guru, melainkan bangunan (konstruksi) murid itu sendiri. karena pengetahuan bukanlah suatu perumusan yang diciptakan orang yang sedang mempelajarinya. Pendeknya, model pendidikannya, model pendidikannya tidak bergaya bank (the banking concept of education) salah satu model pendidikan yang dikemukakan oleh Paulo Freire dalam Pedagogy of the oppressed.

            Dalam konsepsi konstruktivis, seorang murid tidak dianggap sebagai sebuah kaset kosong yang bisa diisi rekaman apa saja sesuai keinginan. Para konstruktivis beranggapan bahwa seorang anak sudah memiliki “pengetahuan awal” yang kemudian diasimilasikan dan  diakomodasikan dengan pengetahuan yang didapatnya. Konsepsi mi merupakan antipoda dan gagasan Lock, Hume dan kaum behavioris yang menganggap bahwa manusia terlahir dalam kondisi netral dan kosong molompong atau tabula rasa.

B. Rumusan Masalah
Adapun yang menjadi permasalahan dalam makalah ini yaitu :
1.   Jelaskan Pandangan Para Pakar tentang efektivitas pembelajaran dari filsafat konstruktivisme.
2.  Apa Hubungan Filsafat Kontruktvisme dalam Psikologi kognitif, Pygotsky, serta  Relasi dan Anti-relasi.
3.   Bagaimana Penerapan Kontruktivisme dalam KBK

C. Tujuan Penulisan
1. Mengetahui Pandangan Para Pakar tentang efektivitas pembelajaran dari filsafat konstruktivisme.
2.  Mengetahui Hubungan Filsafat Kontruktvisme dalam Psikologi kognitif, Pygotsky, serta  Relasi dan Anti-relasi.
3.   Mengetahui Penerapan Kontruktivisme dalam KBK
BAB II
PEMBAHASAN

1. Pandangan Para Pakar tentang efektivitas pembelajaran dari filsafat konstruktivisme.
Paul Suparno dalam Filsafat Konstruktivisme dalam Pendidikan, mengemukakan secara ringkas prinsip-prinsip yang sering diambil dari konstruktivisme, antara lain: Pertama, pengetahuan dibangun oleh siswa secara aktif. Kedua, tekanan proses belajar terletak pada siswa. Ketiga, mengajar adalah membantu siswa belajar. Keempat, tekanan dalam proses belajar lebih pada proses bukan pada akhir. Kelima, kurikulum menekankan partisipasi siswa dan keenam, guru adalah fasilitator.
Bagi para konstruktivis proses belajar lebih merujuk pada pengembangan pola pemikiran dengan membuat pengertian yang baru. Guru konstruktivis tidak akan pernah mengklaim “inilah satu-satunya yang benar,” karena guru konstruktivis tidak pernah menganggap dirinya sebagai orang yang maha tahu dan murid dianggap batok copong (istilah Sunda yang berarti orang bodoh yang bisa dikelabui).
Paul Suparno ketika mengutip Pernyataan Von Glasersfeld menjelaskan, pada tahun 1710, Vico dalam De Antiquissirna Italorum Sapientia, mengungkapkan filsafatnya dengan berkata, “Tuhan adalah pencipta alam semesta dan manusia adalah tuan dan ciptaan”. Dia menjelaskan bahwa “mengetahui” berarti ‘mengetahui bagaimana membuat sesuatu”. Begitulah Giambatissta Vico, seorang epistemolog dan Italia yang telah menelurkan gagasan konstruktivisme. Baginya pengetahuan lebih menekankan pada struktur konsep yang dibentuk. Lain halnya dengan para empirisme yang menyatakan bahwa pengetahuan itu harus menunjuk kepada kenyataan luar.
Menurut banyak pengamat, bahwa Vico tidak membuktikan teorinya (Paul Suparno: 2001). Sekian lama gagasannya tidak dikenal orang dan seakan menghilang. Adalah Jean Piaget (1896- 1980) seorang psikolog yang mencoba untuk meneruskan estafet gagasan konstruktivisme terlebih dalam proses belajar. Gagasan Piaget ini lebih tepat tersebar dan berkembang melebihi gagasan Vico.

2.  Hubungan Filsafat Kontruktvisme dalam Psikologi kognitif, Pygotsky, serta  Relasi dan Anti-relasi
a). Psikologi Kognitif
Apabila kita mempelajari biografi Piaget, maka bisa digeneralisir bahwa  teori konstruktivismenya muncul dalam pergulatan aliran filsafat pengetahuan  rasionalisme, empirisme, dan romantisme abad 17 dan 18. Sudah barang tentu pada Piaget ada kesamaan dengan para filosuf kala itu. Misalnya Saja antara  Piaget dengan Kant, keduanya menempatkan konsep obyek dalam struktur pemikiran. Tidak hanya Kan tentunya, teori pengetahuan Paget juga mirip dengan teori Baldwin yang menjelaskan hubungan genetika dengan pengetahuan.  Pygotsky dan Bandura juga ada kemiripan dengan Piaget. Dalam teori mereka ada kesan bahwa mereka sama dalam melihat pentingnya segi sosial dalam pembentukan pengetahuan, tetapi berbeda dalam penekanan dan konseptualisasinya.
Gagasan konstruktivisme Piaget tertuang dalam teori perkembangan kognitif dan dalam epistimologi genetiknya. Menurut Piaget, untuk perkembangan kognitif seseorang diperlukan adanya proses asimilasi dan akomodasi yang seimbang yang disebut equilibrium. Yang dimaksud asimilasi di sini adalah mengintegrasikan sesuatu yang baru kedalam konsep gagasan yang sudah dimiliki, sedangkan upaya mengubah konsep yang ada dengan rangsangan yang dihadapi disebut akomodasi. Bagi Piaget mekanisme ini harus mengidentifikasi mekanisme yang melahirkan pengetahuan baru.
Berbicara mengenai teori belajar psikologi kognitif, sebenarnya Piaget bukanlah sebagai orang pertama. Kalau kita mencoba untuk meruntutnya, maka akan didapat nama Mex Wertheimer (1880- 1943) sebagai peletak dasar psikologi Gestalt yang meneliti tentang pengamatan dan problem solving. Mengapa demikian? karena psikologi kognitif sendiri mulai berkembang dengan lahirnya teori belajar Gestalt. Nama selanjutnya adalah Kurt Koffka (1886-1941) yang menguraikan secara terperinci tentang hukum-hukum pengamatan. Kemudian dilanjutkan oleh Wolfgang Kohler (1887-1959) yang meneliti tentang insight pada simpase. Sambungan berikutnya diikuti oleh Kurt Lewin (1892- 1947) yang mengembangkan teori belajar cognitive field dengan menaruh perhatian kepada kepribadian dan psikologi sosial.
Teori perkembangan kognitif Piaget scud in mulai berkembang antara tahun 1920-1930. Berawal dan keyakinannya bahwa ada tahap perkembangan kognitif yang berbeda dan anak sampai menjadi dewasa, maka ia melakukan penelitian dalam bidang perkembangan kognitif anak. Untuk itu ia melakukan penelitian bersama istrinya terhadap ketiga anaknya yang usianya berbeda. Pada tahun-tahun berikutnya penelitian Piaget terus dikembangkan dan atas anjuran Einstein pada tahun 1940 Piaget meneliti pengertian anak tentang waktu, kecepatan dan gerak.
 Sedangkan inti dan epistemology Piaget, sebagaimana yang ditulis Lesli Smith adalah penalaran dengan menggunakan norma intelektual (suatu bentuk hafalan AIUEO). Penalaran bersifat otonom, yaitu pemikirannya sendiri Penalaran meliputi kebutuhan (entailment), yakni hubungan yang diperlukan tentang  “apa yang seharusnya”. Penalaran bersifat  intersubjektif dan sejalan dengan aksioma Ekclidaen yang sama ditambah pada yang tidak sama-sama dengan tidak sama, yaitu merupakan paradigma “dasar bersama” dan pelbagai pemikir. Penalaran bersifat objektif, karena di justifikasi sebagai jawaban yang benar dalam argumen valid (yang mempertahankan kebenaran) Penalaran memiliki derajat (tingkat) Universalitas, baik yang terbuka ataupun tidak, yang diubah dalam pelbagai kondisi kausal.
Paul Suparno ketika mengutip pernyataan Gruber dan Voneche, 0989 dalam Teori Perkembangan Kognitif Jean Piaget, mengungkapkan bahwa tidak ada pendidikan ala Piaget. Pasalnya Piaget tidak secara khusus mengarahkan pengertiannya untuk pendidikan dan pengajaran. Meskipun demikian teorinya jelas berkaitan dan relevan dengan dunia pendidikan. Tahap-tahap pemikir!iI Piaget sudah sejak lama mempengaruhi bagaimana para pendidik menyusub kurikulum, memilih metode pengajaran, dan juga memilih bahan bagi pendidikan anak, terlebih pendidikan di sekolah,
 Teori yang digagas oleh Piaget juga banyak mengundang tanggapan dai berbagai kalangan. Hal ini menandakan bahwa teori yang diusung Piaget banyak pengaruhnya. Salah satu diantaranya ada yang mengkritik bahwa teori Piaget terlalu personal karena lebih menekankan keaktifan pribadi seseorang dalam mengkonstruksi pengetahuarinya. Memang benar, Piaget tidak pernah melakukan penelitian secara terperinci dan tersusun mengenai pentingnya sosialitas dalam pembentukan pengetahuan. Mesldpun demikian, sebenarnya dalam beberapa tulisanmya, ia tidak melupakan unsur sosial.
b) Konstruktivisme Pygotsky
Dalam tubuh konstruktivisme, sebenarnya sudah ada pengklasifikasian tersendiri. Apabila kita mencoba untuk menelusurinya maka akan didapat dua kelompok besar konstruktivisme sebagai berikut: Gagasan konstruktivisme psikologis yang lebih personal dimotori oleh Lev Senyonovich Vygotsky, yang menurutnya bahwa perkembangan pengetahuan terjadi karena ada interaksi antara pribadi seseorang dengan lingkungan sekitar. Baginya tidak mungkin seseorang memisahkan unsur-unsur sosio-kultural dan apa yang diketahui. Alexander Ardivichi dalam salah satu karyanya menyebutkan bahwa Vygotsky menyebut teorinya bersifat historis-kultural dengan menekankan bahwa faktor-faktor yang menentukan aktivitas kehidupan individu dihasilkan oleh perkembangan historis kebudayaan. Dua konsep Vygotsky yang sangat penting dalam psikologi perkembangan dipelbagai bidang, terutama pendidikan, yaitu menyebutnya dengan Zone of Proximal Depelopment (ZDP) dan “Pembicaraan Batin” Inner Speech. Menurut konsep ZPD, perkembangan psikologi bergantung pada kekuatan sosial luar sekaligus pada kekuatan batin
c). Relasi dan Anti-relasi
Bagi Stayer, konstruktivisme merupakan sintesis pandangan rasionalis dan empiris. Konstruktivisme menunjukkan interaksi antara subyek dan obyck, antara realitas yang eksternal dan internal. Walaupun ada sebagian kalangan yang beranggapan bahwa konstruktivisme cenderung mengarah ke empirisnie dan relativisme. Cenderung ke empirisme karena semua konsep harus berdasarkan kenyataan luar (seperti yang digagas oleh Aristoteles, Berkeley, Hunie, Bacon, Iloobes dan lock) dan cenderung ke relativisme karena menekankan konstruksi atau abstraksi.
Bagi kaum idealis pikiran dan konstruksinya adalah satu-satunya realitas, sedangkan konstruktivisme menyatakan bahwa kita hanya dapat mengetahui apa yang dekonstruksi oleh pikiran kita. Berbeda juga dengan objektivisme yang memandang bahwa realitas didapat melalui langkah yang sistematis menuju kenyataan dunia.
Di lain pihak, konstruktivisme berbeda juga dengan behaviorisme dan maturasionisme. Bila behaviorisme menekankan keterampilan sebagai suatu tujuan pengajaran, konstruktivisme lebih menekankan perkembangan konsep dan pengertian yang mendalam. Bila maturasionisme lebih menekankan pengetahuan yang berkembang sesuai langkah-langkah perkembangan kedewasaan, konstruktivisme justru lebih menekankan pengetahuan sebagai konstruksi aktif

3.  Penerapan Kontruktivisme dalam KBK
Konstruktivisme dan KBK
Apabila mengamati konsepnya, KBK merupakan tangan panjang dan gagasan filsafat construktivisme. Agaknya wacana pendidikan (baca: kurikulum) di Indonesia Quantum akan disetir ke arah sana. Walau harapan acap kali tidak sesuai dengan kenyataan, dan konsep yang sering disalahartikan seperti yang pernah dialami oleh Piaget dengan teori perkembangan kognitifnya.
 KBK dengan landasan konstruktivismenya diharapkan akan memberikan paradigma baru terhadap sistem pendidikan secara makro dan pembelajaran secara mikro (seperti Portofolio). Bagi negara berkembang seperti Indonesia, ketertinggalan dibidang pendidikan harus dikejar untuk standar internasional. Ibaratnya, kecepatan harus dilipatgandakan (Gas- pol, Rem-pol) agar mampu mengejar ketertinggalan.
 Menjadi negara maju memang menggiurkan. Di Indonesia keinginan itu sudah ada, tujuan mulia ini jangan sampai hanya menjadi mimpi indah. Walau bukan satu-satunya jurus yang jitu, dengan kurikulum 2004 ini kita inginkan perubahan yang signifikan dalam dunia pendidikan kita.
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
1.      Dalam tubuh konstruktivisme, sebenarnya sudah ada pengklasifikasian tersendiri. Apabila kita mencoba untuk menelusurinya maka akan didapat dua kelompok besar konstruktivisme sebagai berikut: Gagasan konstruktivisme psikologis yang lebih personal dimotori oleh Lev Senyonovich Vygotsky, yang menurutnya bahwa perkembangan pengetahuan terjadi karena ada interaksi antara pribadi seseorang dengan lingkungan sekitar.Alexander Ardivichi dalam salah satu karyanya menyebutkan bahwa Vygotsky menyebut teorinya bersifat historis-kultural dengan menekankan bahwa faktor-faktor yang menentukan aktivitas kehidupan individu dihasilkan oleh perkembangan historis kebudayaan.
2.      Dua konsep Vygotsky yang sangat penting dalam psikologi perkembangan dipelbagai bidang, terutama pendidikan, yaitu menyebutnya dengan Zone of Proximal Depelopment (ZDP) dan “Pembicaraan Batin” Inner Speech. Menurut konsep ZPD, perkembangan psikologi bergantung pada kekuatan sosial luar sekaligus pada kekuatan batin
3.      KBK dengan landasan konstruktivismenya diharapkan akan memberikan paradigma baru terhadap sistem pendidikan secara makro dan pembelajaran secara mikro (seperti Portofolio). Bagi negara berkembang seperti Indonesia, ketertinggalan dibidang pendidikan harus dikejar untuk standar internasional.

DAFTAR PUSTAKA

Burhanuddin Salam Drs.  2004 : ” Pengantar Pedagogik (Dasar – Dasar Ilmu Mendidik)” Rineka Cipta : Jakarta

Redja Mudjaharjo.  2001 : ” Pengantar Pendidikan”. PT. Radja Grafindo Persada : Jakarta

Asep Cuwantoro. 2009 : ” Acep Cuwantoro Zone’s Blogspot. Com”. Http//www. Google.co.id

Selasa, 08 Mei 2012

Bani Israel keturunan jawa



                  Yang jelas Bani Israel itu masih keturunan Suku Jawa, buktinya ibukota Israel pake nama : Java Tel Aviv, Mahkota Rabbi Yahudi yang menjadi imam Sinagog pake gambar Rumah Joglo Jawa. Yang disebut Jawa adalah seluruh Etnik Nusantara yang dulunya penghuni Benua Atlantis sebelum dikirim banjir besar oleh Allah SWT, setelah banjir besar benua ini pecah menjadi 17.000 pulau yang sekarang disebut Indonesia, hanya beberapa etnik yang masih tersisa, selebihnya menjadi cikal bakal bangsa2 dunia antara lain bangsa India, Cina (termasuk Jepang), Eropa, Israel, Arab, dan Indian (silahkan baca hasil penelitian Prof. Santos selama 30 tahun tentang Benua Atlantis terbitan Gramedia). Dalam bahasa Jawi Kuno, arti jawa adalah moral atau akhlaq, maka dalam percakapan sehari-hari apabila dikatakan seseorang dikatakan :"ora jowo"berarti"tidak punya akhlaq atau tidak punya sopan santun", sebutan jawa ini sejak dulunya dipakai untuk menyebut keseluruhan wilayah nusantara, penyebutan etnik2 sebagaimana berlaku saat ini adalah hasil taktik politik de vide et impera para penjajah. Sejak zaman Benua Atlantis, Jawa memang menjadi pusat peradaban karena dari bukti2 fosil manusia purba di seluruh dunia sebanyak 6 jenis fosil, 4 diantaranya ditemukan di Jawa. Menurut"mitologi jawa"yang telah menjadi cerita turun temurun, bahwa asal usul bangsa Jawa adalah keturunan BRAHMA DAN DEWI SARASWATI dimana salah satu keturunannya yang sangat terkenal dikalangan Guru Hindustan (India) dan Guru Budha (Cina) adalah Bethara Guru Janabadra yang mengajarkan"ILMU KEJAWEN". Dalam buku kisah perjalanan Guru Hindustan di India maupun Guru Budha di Cina, mereka menyatakan sama2 belajar"Ilmu Kejawen"kepada Guru Janabadra dan mengembangkan"Ilmu Kejawen"ini dengan nama sesuai dengan asal mereka masing2, di India mereka namakan"Ajaran Hindu", di Cina mereka namakan"Ajaran Budha". Dalam sebuah riset terhadap kitab suci Hindu, Budha dan Alqur'an, ternyata tokoh BRAHMA sebenarnya adalah NABI IBRAHIM, sedang DEWI SARASWATI adalah DEWI SARAH yang menurunkan bangsa2 selain ARAB. Bukti lain bahwa Ajaran Budha berasal dari Jawa adalah adanya prasasti yang ditemukan di Candi2 Budha di Thailand maupun Kamboja yang menyatakan bahwa candi2 tsb dibangun dengan mendatangkan arsitek dan tukang2 dari Jawa, karena memang waktu itu orang Jawa dikenal sebagai bangsa tukang yang telah berhasil membangun"CANDI BOROBUDUR"sebagai salah satu keajaiban dunia. Ternyata berdasarkan hasil riset Lembaga Studi Islam dan Kepurbakalaan yang dipimpin oleh KH. Fahmi Basya, dosen Matematika Islam UIN Syarif Hidayatullah, bahwa sebenarnya"CANDI BOROBUDUR"adalah bangunan yang dibangun oleh"TENTARA NABI SULAIMAN"termasuk didalamnya dari kalangan bangsa Jin dan Setan yang disebut dalam Alqur'an sebagai"ARSY RATU SABA", sejatinya PRINCE OF SABA atau"RATU BALQIS"adalah"RATU BOKO"yang sangat terkenal dikalangan masyarakat Jawa, sementara patung2 di Candi Borobudur yang selama ini dikenal sebagai patung Budha, sejatinya adalah patung model bidadara dalam sorga yang menjadikan Nabi Sulaiman sebagai model dan berambut keriting. Dalam literatur Bani Israel dan Barat, bangsa Yahudi dikenal sebagai bangsa tukang dan berambut keriting, tetapi faktanya justru Suku Jawa yang menjadi bangsa tukang dan berambut keriting ( perhatikan patung Nabi Sulaiman di Candi Borobudur ). Hasil riset tsb juga menyimpulkan bahwa"SUKU JAWA"disebut juga sebagai"BANI LUKMAN"karena menurut karakternya suku tsb sesuai dengan ajaran2 LUKMANUL HAKIM sebagaimana tertera dalam Alqur'an.Perlu diketahui bahwa satu2nya nabi yang termaktub dalam Alqur'an, yang menggunakan nama depan SU hanya Nabi Sulaiman dan negeri yang beliau wariskan ternyata diperintah oleh keturunannya yang juga bernama depan SU dan meninggalkan negeri bernama SLEMAN di Jawa Tengah. Nabi Sulaiman mewarisi kerajaan dari Nabi Daud yang dikatakan didalam Alqur'an dijadikan Khalifah di Bumi ( menjadi Penguasa Dunia dengan Benua Atlantis sebagai Pusat Peradabannya), Nabi Daud juga dikatakan raja yang mampu menaklukkan besi (membuat senjata dan gamelan dengan tangan, beliau juga bersuara merdu)dan juga menaklukkan gunung hingga dikenal sebagai Raja Gunung. Di Nusantara ini yang dikenal sebagai Raja Gunung adalah"SYAILENDRA"( berasal dari kata SAILA = RAJA DAN INDRA = GUNUNG). Sudah menjadi keniscayaan sejarah, bahwa kemenangan Islam tahap pertama waktu"FUTTUL MAKKAH"dimana Nabi Besar Muhammad SAW. bersama orang2 beriman dengan konsisten melaksanakan perintah shalat sebagai kunci kemenangan dengan kondisi susah air, lalu Allah memberinya"SUMUR ZAM ZAM"yang penuh berkah, maka"FUTTUL MAKKAH KEDUA"akan terjadi melalui Indonesia, negeri yang penuh berkah dengan persediaan air tak terbatas ( zam zam di luar Makkah ). Dari Indonesialah pada suatu masa nanti akan bersatu sebuah kekuatan besar yang diinspirasi dari kekuatan spiritual Ibrahim, Daud, Sulaiman dan Muhammad SAW yang akan memenangkan Islam atas Zionis Israel dan para pendukungnya.

Kamis, 19 April 2012

my town

FILSAFAT MANUSIA DALAM DAYA TARIK DAN DAYA TOLAK

FILSAFAT MANUSIA DALAM DAYA TARIK DAN DAYA TOLAK
Atraksi dan repulsi atau daya tarik dan daya tolak yang berlaku atas seluruh tata penciptaan. Dalam pandangan ilmiah modern sangat diyakini bahwa tidak ada atom pun dalam dunia wujud (materi) yang tidak tercakup dalam kekuatan atraksi umum ini dan tanpa ada yang mampu menghindarinya. Dari jasad-jasad dan massa yang terbesar dalam dunia ini hingga atom-atomnya, semua memiliki kekuatan yang ajaib ini, yang dinamakan gaya tarik (attraction) dan seluruhnya, dengan sesuatu cara dipengaruhinya.
Dulu orang tidak menemukan hukum atraksi umum yang universal, tetapi mereka telah menemukan atraksi pada beberapa jasad, dan mengetahui beberapa benda sebagai simbol gaya ini seperti magnet. Selain itu tidak ada lagi pembicaraan seputar gaya atraksi dengan benda mati lainnya hanya mengenai Bumi dipersoalkan mengapa ia tergantung di tengah langit. Sudah menjadi kepercayaan bahwa Bumi tergantung di tengah angkasa dan tertarik pada segala sisinya, dan karena tarikan disegala sisinya maka wajarlah kalau tetap ia di tengah dan tidak miring ke salah satu sisinya. Sebagian orang percaya lagi bahwa langit tidak menarik bumi, malah menolaknya, dan karena yang mempengaruhi bumi sama disemua sisinya maka bumi menetap di tempat tertentu dan tidak pernah berubah posisi.
Dalam kepercayaan lain tentang daya tarik dan daya tolak pada dunia hewan dan tumbuhan. Sebagaimana yang kita ketahui bersama bahwa tumbuhan dan hewan memiliki tiga daya alamiah pokok yaitu daya nutrisi (menyerap makanan), daya tumbuh, dan daya reproduksi. Untuk daya nutritif kita percaya bahwa ada lagi kemampuan lamiah lainnya yang bersifat pelengkap, daya tarik dan daya tolak, daya cerna dan daya simpan. Daya tarik dari perut yang menarik makanan ketempatnya, atau kadang menolaknya apabila ia tak berminat.
Atraksi dan repulsi pada manusia
Atraksi dan repulsi yang dimaksud bukanlah gaya tarik dan gaya tolak yang berhubungan dengan sex yang memiliki kajian tersendiri. Arti tarikan dan tolakan yang dimaksud adalah yang ada antara individu manusia dengan kehidupan sosialnya. Proporsi terbesar dari persahabatan dan hubungan kasih sayang atau permusuhan dan kebencian. Seluruhnya adalah manifestasi gaya tarik dan gaya tolak. Gaya tarik dan gaya tolak ini berdasarkan kemiripan dan kesamaan umum atau perlawanan dan penolakan timbal balik.
Sesungguhnya penyebab utama dari tarikan dan tolakan harus dicari dalam hal kesamaan umum dan pertentangan sebagaimana telah dibuktikan dalam pembahasan metafisika bahwa kesamaan umum adalah sebab dari kesatuannya. Menurut Murtadha Muthahhari akar dari gaya tarik dan gaya ini adalah kebutuhan dan pemenuhannya, bahwa manusia adalah mahluk yang membutuhkan, dan pada hakekatnya ia diciptakan dalam kebutuhan. Ia bekerja keras untuk memenuhi kebutuhan dan mengisi kekurangannya. Namun ini tidak akan mungkin terlaksana apabila ia tidak bersekutu dan mengikat hubungan dengan masyarakat, agar dengan ini ia dapat mengambil faedah dari persekutuan itu dan melindungi diri dari bencana yang mungkin datang dari kelompok lain. Dan kita tidak akan menemukan sesuatu kecendrungan atau penentangan pada manusia, selain dari pada yang timbul dari nalurinyauntuk meraih keuntungan. Menurut teori ini, pengalaman hidup dan struktur watak primordialnya telah membentuk manusia sedemikian rupa untuk tertarik dan menolak, agar ia bergairah dalam apa yang dianggapnya baik dan menghindar dari apa yang tidak sesuai dengan tujuannya. Akan tetapi responsif tehadap apa yang tidak termasuk dalam dua hal trersebut yakni yang tidak akan memberinya manfaat atau mudharat. Nyatanya tarikan dan tolakan adalah pilar yang fundamentaldalam kehidupan manusia.
Dalam hal gaya tarik dan gaya tolak sehubungan dengan individu lain tidak semua sama malah dibagi dalam empat golongan:
1. Pribadi yang tidak menolak dan tidak pula menarik. tidak ada yang menyenanginyatidak ada pula yang memusuhinya, mereka tidak menggugah cinta, simpati, atau rasa kasih maupun permusuha, dengki benci, atau rasa jijik dari orang lain. Mahluk seperti ini tidak berarti apa-apa tidak menciptakan pengaruh, tidak memiliki sesuatu yang positif dalam pengertian baik dan buruk
2. Pribadi yang hanya menarik, tidak menolak. Mereka mufakat dengan setiap orang, mereka membuat seluruh kalangan manusia menjadi pengagumnya. Sepanjang hidup semua orang menyukainya. Sering dibayangkan bahwa karakter istimewa, basa-basi dalam pergaulan, atau dalam bahasa sekarang supel, tidak lain dari menjadikan semua manusia sebagai teman. Bagaimanapun hal itu tidak baik bagi orang yang ber-Tuhan, yang mengikuti semua jalan yang mempunyai pola pikir dan ideal tertentu tanpa menimbang keuntungan bagi dirinya sendiri. Orang yang demikian, mau tidak mau hanya memiliki satu saja, bermuka dua. Orang-orang ini yang tidak dapat secara serentak menyukai satu orang, seorang insan yang benar-benar mengejar satu tujuan, yang akan berbenturan dengan kepentingan mereka. Satu-satunya orang yang dapat menarik persahabatan dengan seluruh kalangan masyarakat dan berbagai macam idealisme adalah orang yang berpura-pura dan berdusta, yang mengatakan dan memperlihatkan kepada setiap orang apa saja yang disukai orang itu.
3. Orang yang hanya menolak, tidak menarik. Mereka menciptakan musuh tetapi tidak menciptakan teman. Ini pun orang-orang berkekurangan dan hal ini menunjukkan bahwa mereka kekurangan sifat-sifat positif manusia. Hal ini dikarenakan jika mereka memiliki kualitas manusiawi otomatis mereka akan mempunyai kelompok meskipun hanya sangat sedikit yang menjadi pendukung dan terikat dengan mereka. Bahkan seandainyapun semua orang tidak berharga dan zalim, permusuhan mereka akan menjadi bukti kebenaran dan keadilan. Tetapi mustahil semua orang jahat, sebagaimana mustahil semua orang baik. Secara alamiah, keburukan pada diri seseorang yang memusuhi setiap orang, terdapatdalam dirinya sendiri, karena kalau tidak demikian bagaimana mungkin ada kebaikan dalam jiwa manausia. Bahkan dalam aspek-aspek syaitani pribadi mereka asam sepenuhnya dan asam bagi setiap orang. Ali bin Abithalib berkata “Orang yang paling lemah adalah orang yang paling sanggup mendapatkan teman, dan yang lebih lemah adalah orang yang kehilangan teman dan tinggal sendirian.
4. Orang yang menarik dan menolak. Mereka adalah orang-orang yang berjalan pada suatu jalan kebenaran yang bertindak pada jalan keyakinan dan prinsip-prinsipnya. Mereka menciptakan sahabat maupun perselisihan. Dalam hal ini haruslah diperhatikan jenis manusia yang bagaimana yang tertarik dan tertolak. Misalnya, kadang-kadang orang terhormat dan beradab tertarik dan orang-orang jahat dan keji tertolak.
Dan seperti yang telah di tunjukkan, ada perbedaan lain dalam kuatnya gaya tarik. Sebagaimana dalam teori gravitasi Newton “gaya tarik menarik membesar sebanding dengan massa suatu benda dan berbanding balik dengan jarak”. demikian juga pada manusia ada variasi dalam gaya tarik yang berasal dari individu yang mempunyai gaya tarik itu.
Oleh Rusman Cahaya

Kamis, 29 Maret 2012

RELASI PENDIDIKAN TERHADAP ORIENTASI PENDIDIKAN

Republik Indonesia sebagai sebuah bangsa sesungguhnya sudah dirintis sejak awal abad ke-20. Kebangkitan nasional menjadi salah satu titik penting sebagai langkah awal mencapai kemerdekaan. Berikutnya, sumpah pemuda adalah momen penting yang menyatukan beragam perbedaan.
Saat ini, sudah lebih 66 tahun bangsa ini menikmati kemerdekaan. Dan apa arti kemerdekaan bagi kita? Dalam UUD 1945, kemerdekaan memiliki janji untuk (1) melindungi segenap bangsa Indonesia (2) memajukan kesejahtraan umum (3) mencerdaskan kehidupan bangsa (4) ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial. Tidak peduli siapa mereka, apakah orang kaya atau orang miskin. Tak peduli dimana pun, di ujung barat pantai aceh, di pelosok hutan Kalimantan, atau daerah pesisir di Papua. “Mencerdaskan kehidupan bangsa” adalah sebuah janji yang harus dilunasi untuk setiap anak bangsa Indonesia.
Pendidikan dapat dipandang sebagai proses penting untuk memenuhi janji kemerdekaan. Pendidikan yang berkualitas akan mencetak generasi masa depan yang juga berkualitas. Kualitas pendidikan suatu negara dapat diukur dari kebijakan pemerintah sebagai penyelenggara pendidikan yang kemudian kita kenal dengan istilah Politik Pendidikan
Politik berasal dari bahasa yunani , politicos yang berarti sesuatu yang berhubungan dengan warga Negara atau dengan warga kota, menurut kamus besar bahasa Indonesia, politik mempunyai pengertian : (1). Pengetahuan tentang ketatanegaraan atau kenegaraan, yaitu mengenai sistem pemerintahan, dasar-dasar pemerintahan (2) segala urusan dan tindakan, kebijaksanaan, ssiasat dan sebagainya, tentang pemerintahan ataupun terhadap Negara lain. (3) kebijakan atau cara bertindak menghadapi suatu masalah tertentu. Dalam UU SISDIKNAS pasal 1 No. 20 Tahun 2003, disebutkan bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat bangsa dan negara. Menurut paulo freire politik pendidikan adalah hubungan penguasa dan warga negara dalam menciptakan tatanan pendidikan dalam memanusiakan manusia. Politik pendidikan nasional dimaksudkan sebagai pendekatan, metode yang didasarkan pada kebudayaan bangsa guna mempengaruhi pihak-pihak tertentu dalam rangka pencapaian tujuan nasional. Menurut supriyoko ada lima defenisi politik pendidikan, (1) politik pendidikan adalah metode mempengaruhi pihak lain untuk mencapai tujuan pendidikan. (2) politik pendidikan lebih berorientasi pada bagaimana tujuan pendidikan dapat dicapai. (3) politik pendidikan berbicara mengenai metode untuk mencapai tujuan pendidikan seperti anggaran pendidikan, kebijakan pemerintah, partisipasi masyarakat, dan sebagainya. (4) politik pendidikan berbicara sejauh mana pencapaian pendidikan sebagai pembentuk manusia Indonesia yang berkualitas, penyangga ekonomi nasional, pembentuk bangsa yang berkarakter dan sebagainya. Dengan demikian politik pendidikan dimaknai sebagai endapan politik Negara, penjabaran dari tradisi bangsa dan nilai-nilai, serta sistem konsepsi rakyat mengenai bentuk Negara dalam sistem pendidikan. Sementara secara umum tatanan politik suatu bangsa dan sistem pendidikan terjadi mutually reinforcing. Bagi pemerintah selaku pemegang kebijakan pendidikan, maka dengan adanya konsep politik pendidikan yang terarah, meniscayakan adanya kebijakan-kebijakan pendidikan yang mencerahkan yang memeradabkan, tidak memihak kepada golongan tertentu sehingga tidak diinternalisasi dalam setiap ruh kebijakan pendidikan yang lahir.
Pengaruh politik pendidikan sebagai pembangun bangsa adalah pendidikan yang diharapkan mampu melahirkan masyarakat yang memiliki konsistensi dalam perjuangan untuk memikirkan persoalan-persoalan bangsa. Masyarakat akan memiliki ketegasan dalam mengupayakan dalam terbangunnya bangunan kebangsaan yang lebih solid dan kuat kerena politik pendidikan yang berkarakter kebangsaan. Hingga pembangunan pendidikan mencakup berbagai dimensi yang luas dan diselenggarakan sebagai suatau kesatuan yang sistemik dengan sistem terbuka dan multi makna. Oleh karenanya dalam konteks pembangunan nasional secara makro, orientasi pendidikan dilihat dari human investment:
1. Perspektif sosial, pendidikan akan melahirkan insan-insan terpelajar yang mempunyai peranan penting dalam proses transformasi sosial dalam masyarakat. Pendidikan menjadi determinan dalam mendorong percepatan mobilitas vertikal dan horosontal masyarakat, yang berperan dalam pembentukan konstruksi sosial baru
2. Perspektif budaya, pendidikan juga merupakan wahana penting dan medium yang efektif dalam mengajarkan norma, mengsosialisasikan nilai dalam lingkungan masyarakat dan menjadi instrument memupuk kepribadian bangsa memperkuat identitas bangsa dan memantapkan jati diri bangsa.
3. Perspektif ekonomi, mempersiapkan sumber daya manusia yang akan menghasilkan manusia-manusia yang handal untuk menggerakkan laju perkembangan ekonomi nasioanal.
4. Perspektif polotik, merupakan bagian strategis dari sebuah proses regenerasi kekuasaan. Pendidikan merupakan ajang pencerahan dan penguatan calon-calon pemimpin masa depan bangsa. Sarana penyadaran dan pembangunan politik dengan memandang pendidikan adalah sesuatu yang netral, maka berbagai kepentingan, terutama kepentingan politik yang tidak direstui karena sering membuatnya tidak berdaya.
Salah satu komponen pendidikan yang menyita banyak perhatian dari pelaksanaan sistem politik pendidikan nasional adalah soal kurikulum. Bahkan, tidak sedikit yang menganggap kurikulum sebagai inti dari kegiatan pembelajaran di sekolah. Namun di sisi lain ada beberapa faktor lain yang juga mendukung keberhasilan peleksanaan pendidikan di Indonesia, guru yang berkualitas, kondisi sarana dan prasarana, manajemen sekolah, serta sistem pendidikan nasional. Perkembangan sistem pendidikan nasional yang sekarang ini menjadi sebuah opini di masyarakat khususnya para praktisi pendidikan adalah seputar program pendidikan nasional. Perubahan kurikulum sejak 1968, 1975, 1984, 1994, 2002 dan pada tahun 2006, yaitu kurikulum tingkat satuan pendidikan, tetap saja pola pendidikan yang berlaku berubah-ubah setiap pergantian menteri (5 tahun sekali) dan di lakukan dengan transisi yang hampir tidak berarti. Ramainya perdebatan seputar kurikulum KTSP, belumlah nyata pengaruhnya terhadap perbaikan kualitas pendidikan. Penetapan KTSP hanyalah jawaban atas rendahnya kualitas lulusan sekolah. Secara implisit KTSP akan mereduksi materi/subtansi tertentu yang tidak signifikan untuk perkembangan masa depan bangsa. Pola pengembangan pelaksanaan kurikulum yang multi makna sehingga kurang membawa emansipatoris siswa dalam melakukan analisis kritis terhadap fakta yang terselubung di ruang sosial. Terakhir sebagai renungan kita bersama, 500 tahun sebelum Masehi Socrates mendirikan sebuah lembaga yang kemudian oleh masyarakat modern menamakannya sekolah, konon dengan sekolah manusia dapat merubah hidupnya, merubah peradaban dan dapat memajukan suatu bangsa. Akankah impian Socrates terwujud dalam konteks kekinian bangsa ini?

Oleh : Rusman cahaya